- Back to Home »
- CINTA DAN PERKAWINAN
Posted by : Unknown
Minggu, 01 Mei 2016
DEFINISI CINTA
Cinta
atau kasih merupakan bahasa yang paling penting dalam bahasa Inggris maupun
dalam banyak bahasa lain dan merupakan kata yang paling membingungkan. Para
pemikir religius maupun sekuler setuju bahwa cinta adalah sesuatu yang megah
dan menyemarakkan kehidupan ini dan
bahwa cinta membuat dunia ini berputar. Para psikolog telah menyimpulkan bahwa
kebutuhan untuk merasa dicintai merupakan kebutuhan emosional primer.
Cinta
menurut teori segitiga Sternberg, terdiri dari tiga aspek yaitu keintiman,
gairah, dan komitmen. Cinta akan dikatakan cinta yang sempurna ketika seseorang
memiliki tiga aspek tersebut.
Keintiman (Intimacy). Relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan adalah faktor yang dapat merubah intimacy menjadi menurun atau semakin naik.
Gairah (passion). Aspek ini cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.
Komitmen (commitment). Meningkat relatif lambat pada awalnya, kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.
Keintiman (Intimacy). Relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan adalah faktor yang dapat merubah intimacy menjadi menurun atau semakin naik.
Gairah (passion). Aspek ini cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.
Komitmen (commitment). Meningkat relatif lambat pada awalnya, kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.
Di dalam inti
eksistensi manusia terdapat hasrat untuk bergaul intim dan dicintai oleh orang
lain. Perkawinan dirancang untuk memenuhi kebutuhan untuk keintiman dan cinta.
DEFINISI PERKAWINAN
Secara hukum
dinyatakan dalam UUD Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 bahwa “Perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
A. MEMILIH PASANGAN HIDUP
Memilih
pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak
sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti
memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup
adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan
ada yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh
lebih susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya
memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu
harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila
menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada
sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan.
Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup
yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri. Bila kita bercita-cita untuk
mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka kita sendiri harus baik. Percayalah,
Tuhan telah memasangkan manusia sesuai dengan karakter dan derajat mereka
masing-masing. Manusia yang baik hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu
pula sebaliknya.
Banyak orang
yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam
pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang
sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam
menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya
sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat
dari segi kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan, maka cinta tersebut akan
sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada seseorang
maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah
tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas
untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika
teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan
juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas
dan kitalah yang lebih pantas.
Inilah yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki aura positif daripada negatif.
Lalu, mengingat
pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus
melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini
belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa depan
dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada kita hanya melihat
kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan
meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat
prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya
melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa
jadi ketampanan/kecantikan tersebut sudah pudar.
Adapun bila
kita dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan
memilih yang terbaik baginya, meskipun pilihan terbaik baginya tidak selalu
identik dengan pilihan yang terbaik bagi umum, karena seseorang tentu memiliki
pertimbangan yang sangat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Maka, ketika sedang
memilih calon pasangan bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara utuh.
Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama kekurangannya.
Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah kita terima tetapi
kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum akad nikah, apakah
siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut? Terakhir,
lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan.
Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang
ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan
adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
B. HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
Ketika pasangan
memasuki kehidupan perkawinan, tidak berarti proses mengenal dan memahami
berhenti. Kadang, masa awal perkawinan merupakan masa penyesuaian diri yang
menyulitkan bagi pasangan suami-istri baru karena seringkali banyak terjadi hal
yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ketika pacaran dulu, mungkin calon
istri tidak mengetahui bahwa calon suaminya tidak suka tidur dengan lampu
menyala, padahal si calon istri terbiasa tidur dengan lampu yang terang karena
si istri agak penakut. Hal ini bukan tidak mungkin akan sedikit memancing
keributan di awal tidur bersama.
Seringkali,
ketika hubungan perkenalan berlanjut menjadi hubungan romantis, pasangan mulai
berpikir apakah betul mereka saling mencintai atau hanya karena tertarik secara
fisik, atau karena ‘nyambung’ ketika diajak ngobrol, atau karena merasa
menemukan kakak atau adik. Banyak pasangan yang kemudian menyadari bahwa
pasangannya adalah pasangan yang tepat untuk menjadi teman bicara, tetapi bukan
‘teman hidup’-nya.
Ketika menjalin
hubungan suami istri, pasangan suami istri harus belajar mengasihi pasangannya
secara unconditionaly. Bukan hanya
mengasihi sikap-sikap yg baik, namun mengasihi setiap kekurangan pasangan
itulah yang namanya Unconditionaly Love
(cinta tanpa syarat). Pasangan suami istri pun harus belajar mengenal
bahasa kasih/cinta yang dimilikinya dan bahasa kasih/cinta yang dimiliki
pasangannya. Bahasa Kasih/Cinta adalah cara kita menunjukkan perasaan sayang
kita dan apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita yang membuat kita
merasa bahwa orang tersebut mencintai atau mengasihi kita. Ada berbagai macam bahasa cinta yang
dikemukakan oleh Gary Chapman, yaitu :
-
Kata-kata
pendukung
-
Saat-saat
mengesankan
-
Hadiah
-
Pelayanan
-
Sentuhan fisik
Keterbukaan pun harus dilakukan oleh pasangan suami istri agar memperoleh
komunikasi yang berkualitas dan meminimalisir hal-hal yang mungkin berpotensi
menjadi masalah. Seringnya terjadi perceraian hanya karena missed komunikasi
atau masalah komunikasi yang belum saling terbuka. Pada masa berpacaran,
biasanya pasangan memiliki khusus khusus untuk selalu berduaan, saling berbagi
cerita gembira maupun sedih, serta saling memperbaiki kesalahan. Namun hal yang
sama seringkali tidak terjadi ketika pasangan sudah menikah dan memiliki
anak.
Menurut
pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW seorang ahli psikoterapis dalam Perkawinan dan
Keluarga (18-19: 2010) mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam
perkawinan.
1) Tahap pertama “Romantic”
Pada tahapan
ini biasanya dirasakan oleh pasangan yang baru saja menikah, setiap saatnya
penuh dengan rasa cinta, kasih sayang dan saling mengisi. Hampir setiap harinya
dalam tahap ini tidak ada perselisihan yang terjadi. Biasanya mereka juga
melakukan kegiatan secara bersama-sama.
2) Tahap kedua “Dissapointment or distress”
Pada tahap
kedua ini sudah mulai terjadi perselisihan karena salah satu diantara mereka
ada yang merasa paling benar yang pada ahirnya saling menyalahkan, marah,
kecewa dan lain sebagainya. Posisi seperti ini sangat rawan karena pasangan
akan mengalihkan perhatiannya pada hal lain seperti menjalin hubungan dengan
orang lain yang dirasa nyaman, mengalihkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan,
anak dan hal-hal lain sehingga tidak ada waktu untuk bersama lagi. Bila keadaan
ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka akan
berakibat pada perceraian.
3) Tahap ketiga: Knowledge and Awareness
Setelah bisa
bertahan pada tahap kedua maka akan masuk pada tahap ketiga, pada tahap ini
pasangan akan berusaha untuk saling mengerti dan menghindari terjadinya
konflik.
Biasanya kalau
pasangan sudah sampai pada tahap ketiga maka mereka akan sering mencari
informasi atau cara untuk kebahagiaan rumah tangga kepada siapa saja, bisa
tetangga, mengikuti seminar, membaca buku atau mungkin ke psikiater.
4) Tahap keempat "Transformation”
Tahap
berikutnya akan mengalami perubahan dikarenakan sudah mendapatkan cara atau
kiat-kiat dari pihak lain tentang kebahagiaan rumah tangga.
Sehingga
pasangan akan membuktikan bahwa dia adalah pasangan yang terbaik dan tidak
salah memilihnya. Pada tahap ini juga sudah terjadi perkembangan pemahaman
secara menyeluruh tentang perkawinan.
5) Tahap kelima “Real Love”
Tahap kelima
ini hampir seperti pada tahap pertama karena sudah mengerti tentang pemahaman
perkawinan secara menyeluruh maka mereka akan saling memberi dan menerima
keadaan pasangannya.
C.
PENYESUAIAN DAN PERTUMBUHAN DALAM PERKAWINAN
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi
yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat.
Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu
ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti
ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak
yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa
menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik
sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D.
PERCERAIAN dan PERNIKAHAN KEMBALI
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak
menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus
bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak
ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya,
mereka bisa memintapemerintah untuk
dipisahkan.
Faktor
penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
·
Ketidakharmonisan dalam rumah
tangga
Alasan
tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan
suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh
berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang
ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga
memerlukan perincian yang lebih mendetail.
·
Krisis moral dan akhlak
Selain
ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh
landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung
jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan,
pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun
istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
·
Perzinahan
Di
samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah
perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami
maupun istri.
·
Pernikahan tanpa cinta
Alasan
lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah
perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi
adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta,
pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus
berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang
terbaik.
·
Adanya masalah-masalah dalam
perkawinan
Menikah kembali
setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil.
Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam
perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah
yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat
mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Lalu
hal apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada
banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang
dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti
faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Esensi
dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang.
Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
E. ALTERNATIF
SELAIN PERNIKAHAN
· Segi Positif: Lebih
mendekatkan diri dengan Tuhan. Contohnya pada umat Nasrani, menjadi Pastor atau
Suster, dalam agama Budha menjadi seorang Biksu.
· Segi Negatif: Kumpul
Kebo (Tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan daN melakukan hubungan
layaknya suami istri).
REFERENSI
Chapman
Gary. 1997. Lima Bahasa Kasih.
Professional Books: Jakarta.