Archive for Mei 2016
SELF DIRECTED CHANGES
By : Unknown
Beberapa tahapan untuk melakukan perubahan diri yang terarah :
1.
Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran
bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai
dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat
perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur
kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal
serta belajar yang efektif.
2.
Menetapkan tujuan
Untuk menjaga individu agar tetap
tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara
mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan
mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan
dan berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya. Saat kita
sudah memutuskan untuk melakukan perubahan diri, maka disaat itupun kita juga
harus sudah menetapkan apa tujuan dari perubahan yang kita lakukan.
3.
Pencatatan perilaku
Melakukan pencatatan perilaku
tidak bisa dianggapremeh. Dalam melakukan perubahandiri, ada baiknya apabila
melakukan pencatatan perilaku baik perilaku yang ingin diubah maupun perilaku
yang telah berhasil diubah. Menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa
bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya,
kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya
karena merasa senang dengan apa yangpernah dilakukan.
4. Menyaring anteseden perilaku
Anteseden merupakan peristiwa
yang dialami saat ini namun peristiwa tersebut merupakan akibat dari peristiwa
sebelumnya. Dapat membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu
individu agar lebih siap dalam mempelajari
perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar
dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
5.
Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat mental
dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukanmobilitas untuk
melakukan segala sesuatu aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam
menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional, dan
kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6.
Menerapkan perencana intervensi
Apabila penyusunan yang dibuat
benar-benar matang, haltersebut dapat mempermudah dalam melakukan penerapan
pencana intervensi. Membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik.
Dalam arti pemahaman nilai-nilai,karakter/watak, dan cara-cara berperilaku
secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada
kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
7.
Evaluasi
Faktor yang penting untuk
mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk
mengetahui keefektivan adalah evaluasibaik terhadap proses maupun hasil
pembelajaran.
REFERENSI :
PENYESUAIAN DIRI DALAM PEKERJAAN & WAKTU LUANG
By : Unknown
A. PENYESUAIAN DIRI DALAM
PEKERJAAN
Penyesuaian
diri merupakan usaha individu untuk dapat merubah dirinya ketika mereka berada
di lingkungan keluarga, sekolah, dan dimasyarakat yang dapat ditunjukkan
melalui aktifitas-aktifitas seperti dapat menguasai lingkungan dimana individu
berada, penuh percaya diri, bersedia menerima teman dalam kelompok, bersedia
mengatasi masalah, dan bersedia merencanakan sesuatu dengan pikiran
1.
Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah
kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapainya hubungan
yang harmonis anatara siapa dirinya dengan lingkungan kerjanya. Ia sadar
sepenuhnya siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan bertindak
objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan diri pribadi
dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa
atau tak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan
tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa
tidak puas, rasa cemas, rasa kurang, dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya.
2.
Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup dalam
masyarakat, dimana terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dari
proses tersebut timbul pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah
aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi demi mencapai
penyesuaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan diantaranya
adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan
berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan menurut Kretner dan Kinichi, yaitu :
a.
Pemenuhan Kebutuhan (need fulfillment). Pekerjaan memberikan kesempatan pada
individu untuk memenuhi kebutuhannya.
b.
Perbedaan (discrepancies).
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan
perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari
pekerjaannya.
c.
Pencapaian Nilai (volu attainment). Kepuasan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan
pemenuhan nilai kerja individual.
d.
Keadilan (equity).
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil inidividu diperlakukan ditempat
kerja.
e.
Komponen Genetik (genetic components). Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadai
dan faktor genetik. Perbedaan sifat individu kerja disamping karakteristik
lingkungan pekerjaan.
Faktor penentu kepuasan kerja :
a.
Gaji/upah. Menurut Theriault, kepuasan kerja
merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh
mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan.
b.
Kondisi kerja yang menunjang. Bekerja dalam
ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan (uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena
itu perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan
sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
c.
Hubungan kerja, ada dua yaitu :
Hubungan
dengan rekan kerja. Ada tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya
memperoleh masukan dari tenaga kerja lain. Keluarannya menjadi masukkan untuk
tenaga kerja lainnya, misalnya pekerja konveksi. Hubungan antara pekerja adalah
hubungan ketergantungan sepihak yang berbentuk fungsional.
Hubungan
dengan atasan. Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan
kepuasan kerja adalah tenggangrasa (consideration).
Hubungan fungsional mencerminkan sejumlah atasan membantu tenaga kerja untuk
memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.
Hubungankeseluruhan didasarkan pada ketertarikkan antara pribadi yang
mencerimnkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serup, misalnya keduanya
mempunyai pandangan hidup yang sama.
B. WAKTU LUANG
Dalam bahasa inggris waktu luang dikenal dengan sebutan “leisure”
yang berasal dari bahasa latin yaitu “licere” artinya “diizinkan” (To be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure
adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free Time). Berdasarkan teori dari
George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul leisure and recreation management
(Januarius Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisure antara lain:
a.
Waktu luang sebagai waktu (leisure as time). Waktu luang digambarkan sebagai wa ktu senggang
setelah segala kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Maksudnya ada waktu lebih
yang dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan yang bersifat
positif.
b.
Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity). Waktu luang
terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan ini
didasarkan pada pengakuan dari pihak The
International Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa
“waktu luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan
mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri,
menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara objektif atau
untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat.”
c.
Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang
positif (leisure as an end in itself or a
state of being) Pieper beranggapan bahwa “waktu luang harus dimengerti
sebagai hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan
hal-hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang
dari luar. Hal ini juga bukan merupakan hasil dari waktu senggang, liburan,
akhir pekan, atau liburan panjang.
d.
Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti
luas (leisure as an all embracing).
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan dan pengembangan
diri. Dalam ketiga aspek tersebut mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa
lelah, pelepasan dari rasa bosan, an kebebasan dari hal-hal yang bersifat
menghasilkan.
e.
Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure as a way of living). Seperti
yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure :
“Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebar dari tekanan-tekanan yang
berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk
bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan,
pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan.”
REFERENSI :
http://agungtriantoro.blogspot.co.id/2015/05/penyesuaian-diri-dalam-pekerjaan-dan_18.html
https://novelaayu.wordpress.com/2015/06/24/penyesuaian-diri-dalam-pekerjaan-dan-waktu-luang-self-directed-changes/
REFERENSI :
http://agungtriantoro.blogspot.co.id/2015/05/penyesuaian-diri-dalam-pekerjaan-dan_18.html
https://novelaayu.wordpress.com/2015/06/24/penyesuaian-diri-dalam-pekerjaan-dan-waktu-luang-self-directed-changes/
PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG
By : Unknown
A.
MENGUBAH SIKAP TERHADAP PEKERJAAN
Pekerjaan dinilai sebagai
kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani
maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar sehingga bisa dengan
bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu. Dan tujuan
yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja menjadi “baik”,, baik
disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi kebutuhan hidupnya
an keluarganya, dan mereka menghindari aktifitas mereka yang menjadikan mereka
“buruk”. Dan disini atasan pun berperan penting dalam mengubah sikap karyawan
mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih
tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai pekerjaan yang ia dapatkan agar
dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manajer dalam mengubah sikap karyawan
juga harus memiliki kemampuan yang tepat, misalnya diberi bonus jika bisa
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Diberikan reward dan punishment kepada
karyawan tersebut, sehingga memunculkan sikap take and give.
NILAI
PEKERJAAN
1.
Definisi
Nilai pekerjaan adalah bahwa
nilai dari apa yang kita kerjakan sebenarnya sangat bergantung kepada cara
berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita
lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah
perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya
sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita
ketika mengerjakan pekerjaan itu.
2.
Apa yang dicari dalam pekerjaan
- Mencari uang. Hal ini adalah hal yang paling dasar
yang mendorong seseorang untuk bekerja. Untuk mencari nafkah (uang), untuk
mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai
pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang
ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak
orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
- Mencari pengembangan yaitu tabiat manusia untuk
ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari
pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan mencari pekerjaan dimana mereka
dapat mengembangkan diri mereka disana. Pekerjaan dengan jenjang karir bagus
dimana berarti ada peluang pengembangan diri selalu menjadi incaran.
Pertimbangan yang lain adalah korelasi pekerjaan dengan bidang keilmuan dan
minat mereka. Keseusaian ini akan mempermudah dalam pekerjaannya, dan sebagai
salah satu bentuk pengembangan diri mereka.
- Mencari teman/sarana bersosialisasi. Manusia
adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu
bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka
untuk bersosialisasi. Dalam hal ini faktor yang menjadi pertimbangan adalah
lingkungan kerja dan juga rekan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan rekan
kerja yang kooperatif menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih suatu
perkerjaan.
- Mencari kebanggaan/kehormatan diri. Hal lain yang
dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang
yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan
orang yang tergantung pada orang lain. Pada beberapa orang, kehormatan diri
juga bergantung dari jenis pekerjaan, tempat kerja dan nama perusahaan. Ada
orang yang merasa lebih terhormat dengan bekerja sebagai pegawai kantoran. Dan
ada juga orang yang bangga dengan bekerja di perusahaan top.
- Sebagai sarana beribadah. Hal ini saya yakini ada
dan dimiliki orang, walau mungkin jarang terpikirkan sebagai hal yang dicari
dalam bekerja. Sebagai orang yang beriman memang seharusnya setiap tindakan
kita di dunia harus dimaknai sebagai ibadah. Namun kesadaran yang berbeda-beda membuat
pemaknaan yang berbeda bagi tiap orang orang.
3.
Fungsi psikologi dalam pekerjaan
Meskipun apa kata orang tentang
memiliki pekeraan untuk hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang
bekerja keras untuk uangnya sendiri. Survei membuktikan kebanyakan orang akan
melanjutkan pekerjaanya bahkan jika mereka memiliki cukup uang untuk hidup
nyaman seumur hidupnya (Renwick&Lawler,1978). Kenyataanya adalah bekerja
itu meenuhi kebutuhan psikologis dan social yang penting. Rasa pemenuhan
pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian
baru, dan mencapai sesuatu yang berharga ketika perasaan ini kurang, mereka
mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil
yang jelas. Contohnya, seorang individu yang pekerjaanya terarah mungkin
meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau konstruksi. Bahkan orang
yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy
yang di habiskan oleh pekerjaan mereka. Kemampuan karena kebutuhan akan penghargaan
dan penguasaan (Morgan,1972).
B. PROSES DALAM
MEMILIH PEKERJAAN
Perkembangan
pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap oleh Donald Super, yaitu :
1. Cristalization. Individu berusaha mencari berbagai bekal ilmu
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan nonformal untuk
persiapan masa depan hidupnya.
2. Spesification. Individu akan meneruskan pendidikannya pada jenjang
khusus yang sesuai dengan minat-bakatnya. Masa spesifikasi ini lebih mengarah
pada jalur pendidikan yang menjurus pada taraf professional atau keahlian.
3. Implementation. Individu mulai menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian atau profesi nya. Misalnya setelah ia
lulus dalam pendidikan psikologi nya ia berprofesi sebagai seorang psikolog.
4. Stabilization. Individu menekuni bidang profesinya sampai benar-benar
ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai prestasi puncak. Taraf ini
ditandai dengan prestasi individu menduduki posisi penting, misalnya direktur
perusahaan,dsb.
5. Consolidation. Setelah mencapai puncak karier, individu mulai
memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini baik yang berhasil
maupun yang gagal.
C. MEMILIH PEKERJAAN YANG COCOK
Dalam memilih pekerjaan yang cocok
dibutuhkan tes psikotes agar calon pekerja tidak salah dalam mengambil
pekerjaan. Tes psikotes disini juga akan menguntungkan kedua belah pihak,
seleksi yang kurang tepat akan menyebabkan kerugian besar baik karyawan maupun
perusahaan yang bersangkutan. Dari sisi pegawai, jika kita terseleksi dalam
pekerjaan yang kurang cocok dengan potensi psikologis yang kita miliki, akan
timbul ketidaknyamanan dalam bekerja, kurang termotivasi, bahkan dapat enimbulkan
stress kerja, yang pada akhirnya membuat kita keluar dari pekerjaan tersebut.
Oleh sebab itu kita membutuhkan psikotes untuk melihat sejauh mana potensi
psikologis kita agar tidak salah memilih pekerjaan.
Sedangkan dari sisi perusahaan,
menemukan orang yang tepat merupakan upaya yang sangat sulit yang selalu
dihadapi. Dari sisi perusahaan, biaya seleksi dan pelatihan yang dibutuhkan
akan sangat mahal, tidak efisien, menurunkan motivasi, serta masih ditambah
biaya untuk seleksi dan pelatihan orang yang akan menggantikan karyawan
tersebut. Oleh sebab itu dari proses seleksi perusahaan mengadakan tes psikotes
untuk melihat potensi psikologis dan kepribadian sang calon karyawan tersebut.
4. Waktu Luang
Waktu adalah satu-satunya modal yang dimiliki oleh
manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A. Edison. Meluangkan
waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan
untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby,
atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera
ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau
kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau
mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang
dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar. Dan bagaimana kita
bisa punya waktu luang di sela-sela kesibukan dengan mengaturnya sebaik
mungkin? Berikut ini tips dan triknya.
- Jangan pernah terjebak dgn waktu. Bukan waktu yg
mengatur kita, tapi kitalah yang mengatur waktu.
- Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja.
Misalnya dengan menulis di smartphone yang kita miliki.
- Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui
mana yang mendesak, mana yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
- Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus
ditaati. Masukkan waktu bekerja, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri
sendiri.
- Pastikan dalam agenda, 50 persen waktu yang dilakukan
adalah untuk kegiatan positif atau produktif.
- Jangan melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum
menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu dilakukan.
- Jika tidak berhubungan dgn pekerjaan, jauhkan diri
dari sosial media, hingga pekerjaan tuntas diselesaikan.
Menggunakan waktu dengan bijak, maka
tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada waktu yang terbuang
percuma. Kuncinya terletak bukan pada
bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda.
Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. -
Stephen R. Covey. Jika merasa jenuh dengan waktu yang telah dihabiskan,
ubah kebiasaan itu. Manfaatkanlah waktu luang.
REFERENSI
CINTA DAN PERKAWINAN
By : Unknown
DEFINISI CINTA
Cinta
atau kasih merupakan bahasa yang paling penting dalam bahasa Inggris maupun
dalam banyak bahasa lain dan merupakan kata yang paling membingungkan. Para
pemikir religius maupun sekuler setuju bahwa cinta adalah sesuatu yang megah
dan menyemarakkan kehidupan ini dan
bahwa cinta membuat dunia ini berputar. Para psikolog telah menyimpulkan bahwa
kebutuhan untuk merasa dicintai merupakan kebutuhan emosional primer.
Cinta
menurut teori segitiga Sternberg, terdiri dari tiga aspek yaitu keintiman,
gairah, dan komitmen. Cinta akan dikatakan cinta yang sempurna ketika seseorang
memiliki tiga aspek tersebut.
Keintiman (Intimacy). Relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan adalah faktor yang dapat merubah intimacy menjadi menurun atau semakin naik.
Gairah (passion). Aspek ini cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.
Komitmen (commitment). Meningkat relatif lambat pada awalnya, kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.
Keintiman (Intimacy). Relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan adalah faktor yang dapat merubah intimacy menjadi menurun atau semakin naik.
Gairah (passion). Aspek ini cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.
Komitmen (commitment). Meningkat relatif lambat pada awalnya, kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.
Di dalam inti
eksistensi manusia terdapat hasrat untuk bergaul intim dan dicintai oleh orang
lain. Perkawinan dirancang untuk memenuhi kebutuhan untuk keintiman dan cinta.
DEFINISI PERKAWINAN
Secara hukum
dinyatakan dalam UUD Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 bahwa “Perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
A. MEMILIH PASANGAN HIDUP
Memilih
pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak
sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti
memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup
adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan
ada yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh
lebih susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya
memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu
harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila
menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada
sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan.
Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup
yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri. Bila kita bercita-cita untuk
mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka kita sendiri harus baik. Percayalah,
Tuhan telah memasangkan manusia sesuai dengan karakter dan derajat mereka
masing-masing. Manusia yang baik hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu
pula sebaliknya.
Banyak orang
yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam
pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang
sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam
menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya
sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat
dari segi kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan, maka cinta tersebut akan
sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada seseorang
maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah
tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas
untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika
teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan
juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas
dan kitalah yang lebih pantas.
Inilah yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki aura positif daripada negatif.
Lalu, mengingat
pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus
melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini
belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa depan
dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada kita hanya melihat
kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan
meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat
prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya
melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa
jadi ketampanan/kecantikan tersebut sudah pudar.
Adapun bila
kita dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan
memilih yang terbaik baginya, meskipun pilihan terbaik baginya tidak selalu
identik dengan pilihan yang terbaik bagi umum, karena seseorang tentu memiliki
pertimbangan yang sangat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Maka, ketika sedang
memilih calon pasangan bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara utuh.
Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama kekurangannya.
Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah kita terima tetapi
kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum akad nikah, apakah
siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut? Terakhir,
lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan.
Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang
ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan
adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
B. HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
Ketika pasangan
memasuki kehidupan perkawinan, tidak berarti proses mengenal dan memahami
berhenti. Kadang, masa awal perkawinan merupakan masa penyesuaian diri yang
menyulitkan bagi pasangan suami-istri baru karena seringkali banyak terjadi hal
yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ketika pacaran dulu, mungkin calon
istri tidak mengetahui bahwa calon suaminya tidak suka tidur dengan lampu
menyala, padahal si calon istri terbiasa tidur dengan lampu yang terang karena
si istri agak penakut. Hal ini bukan tidak mungkin akan sedikit memancing
keributan di awal tidur bersama.
Seringkali,
ketika hubungan perkenalan berlanjut menjadi hubungan romantis, pasangan mulai
berpikir apakah betul mereka saling mencintai atau hanya karena tertarik secara
fisik, atau karena ‘nyambung’ ketika diajak ngobrol, atau karena merasa
menemukan kakak atau adik. Banyak pasangan yang kemudian menyadari bahwa
pasangannya adalah pasangan yang tepat untuk menjadi teman bicara, tetapi bukan
‘teman hidup’-nya.
Ketika menjalin
hubungan suami istri, pasangan suami istri harus belajar mengasihi pasangannya
secara unconditionaly. Bukan hanya
mengasihi sikap-sikap yg baik, namun mengasihi setiap kekurangan pasangan
itulah yang namanya Unconditionaly Love
(cinta tanpa syarat). Pasangan suami istri pun harus belajar mengenal
bahasa kasih/cinta yang dimilikinya dan bahasa kasih/cinta yang dimiliki
pasangannya. Bahasa Kasih/Cinta adalah cara kita menunjukkan perasaan sayang
kita dan apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita yang membuat kita
merasa bahwa orang tersebut mencintai atau mengasihi kita. Ada berbagai macam bahasa cinta yang
dikemukakan oleh Gary Chapman, yaitu :
-
Kata-kata
pendukung
-
Saat-saat
mengesankan
-
Hadiah
-
Pelayanan
-
Sentuhan fisik
Keterbukaan pun harus dilakukan oleh pasangan suami istri agar memperoleh
komunikasi yang berkualitas dan meminimalisir hal-hal yang mungkin berpotensi
menjadi masalah. Seringnya terjadi perceraian hanya karena missed komunikasi
atau masalah komunikasi yang belum saling terbuka. Pada masa berpacaran,
biasanya pasangan memiliki khusus khusus untuk selalu berduaan, saling berbagi
cerita gembira maupun sedih, serta saling memperbaiki kesalahan. Namun hal yang
sama seringkali tidak terjadi ketika pasangan sudah menikah dan memiliki
anak.
Menurut
pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW seorang ahli psikoterapis dalam Perkawinan dan
Keluarga (18-19: 2010) mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam
perkawinan.
1) Tahap pertama “Romantic”
Pada tahapan
ini biasanya dirasakan oleh pasangan yang baru saja menikah, setiap saatnya
penuh dengan rasa cinta, kasih sayang dan saling mengisi. Hampir setiap harinya
dalam tahap ini tidak ada perselisihan yang terjadi. Biasanya mereka juga
melakukan kegiatan secara bersama-sama.
2) Tahap kedua “Dissapointment or distress”
Pada tahap
kedua ini sudah mulai terjadi perselisihan karena salah satu diantara mereka
ada yang merasa paling benar yang pada ahirnya saling menyalahkan, marah,
kecewa dan lain sebagainya. Posisi seperti ini sangat rawan karena pasangan
akan mengalihkan perhatiannya pada hal lain seperti menjalin hubungan dengan
orang lain yang dirasa nyaman, mengalihkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan,
anak dan hal-hal lain sehingga tidak ada waktu untuk bersama lagi. Bila keadaan
ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka akan
berakibat pada perceraian.
3) Tahap ketiga: Knowledge and Awareness
Setelah bisa
bertahan pada tahap kedua maka akan masuk pada tahap ketiga, pada tahap ini
pasangan akan berusaha untuk saling mengerti dan menghindari terjadinya
konflik.
Biasanya kalau
pasangan sudah sampai pada tahap ketiga maka mereka akan sering mencari
informasi atau cara untuk kebahagiaan rumah tangga kepada siapa saja, bisa
tetangga, mengikuti seminar, membaca buku atau mungkin ke psikiater.
4) Tahap keempat "Transformation”
Tahap
berikutnya akan mengalami perubahan dikarenakan sudah mendapatkan cara atau
kiat-kiat dari pihak lain tentang kebahagiaan rumah tangga.
Sehingga
pasangan akan membuktikan bahwa dia adalah pasangan yang terbaik dan tidak
salah memilihnya. Pada tahap ini juga sudah terjadi perkembangan pemahaman
secara menyeluruh tentang perkawinan.
5) Tahap kelima “Real Love”
Tahap kelima
ini hampir seperti pada tahap pertama karena sudah mengerti tentang pemahaman
perkawinan secara menyeluruh maka mereka akan saling memberi dan menerima
keadaan pasangannya.
C.
PENYESUAIAN DAN PERTUMBUHAN DALAM PERKAWINAN
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi
yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat.
Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu
ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti
ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak
yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa
menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik
sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D.
PERCERAIAN dan PERNIKAHAN KEMBALI
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak
menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus
bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak
ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya,
mereka bisa memintapemerintah untuk
dipisahkan.
Faktor
penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
·
Ketidakharmonisan dalam rumah
tangga
Alasan
tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan
suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh
berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang
ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga
memerlukan perincian yang lebih mendetail.
·
Krisis moral dan akhlak
Selain
ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh
landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung
jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan,
pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun
istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
·
Perzinahan
Di
samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah
perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami
maupun istri.
·
Pernikahan tanpa cinta
Alasan
lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah
perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi
adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta,
pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus
berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang
terbaik.
·
Adanya masalah-masalah dalam
perkawinan
Menikah kembali
setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil.
Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam
perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah
yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat
mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Lalu
hal apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada
banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang
dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti
faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Esensi
dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang.
Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
E. ALTERNATIF
SELAIN PERNIKAHAN
· Segi Positif: Lebih
mendekatkan diri dengan Tuhan. Contohnya pada umat Nasrani, menjadi Pastor atau
Suster, dalam agama Budha menjadi seorang Biksu.
· Segi Negatif: Kumpul
Kebo (Tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan daN melakukan hubungan
layaknya suami istri).
REFERENSI
Chapman
Gary. 1997. Lima Bahasa Kasih.
Professional Books: Jakarta.