Popular Post

Archive for 2016

SELF DIRECTED CHANGES

By : Unknown
Beberapa tahapan untuk melakukan perubahan diri yang terarah :
1.        Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.

2.       Menetapkan tujuan
Untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya. Saat kita sudah memutuskan untuk melakukan perubahan diri, maka disaat itupun kita juga harus sudah menetapkan apa tujuan dari perubahan yang kita lakukan.

3.       Pencatatan perilaku
Melakukan pencatatan perilaku tidak bisa dianggapremeh. Dalam melakukan perubahandiri, ada baiknya apabila melakukan pencatatan perilaku baik perilaku yang ingin diubah maupun perilaku yang telah berhasil diubah. Menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yangpernah dilakukan.

4.       Menyaring anteseden perilaku
Anteseden merupakan peristiwa yang dialami saat ini namun peristiwa tersebut merupakan akibat dari peristiwa sebelumnya. Dapat membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap  dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.

5.       Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukanmobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional, dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.

6.       Menerapkan perencana intervensi
Apabila penyusunan yang dibuat benar-benar matang, haltersebut dapat mempermudah dalam melakukan penerapan pencana intervensi. Membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai,karakter/watak, dan cara-cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.

7.       Evaluasi
Faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasibaik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.

REFERENSI :





PENYESUAIAN DIRI DALAM PEKERJAAN & WAKTU LUANG

By : Unknown


A. PENYESUAIAN DIRI DALAM PEKERJAAN
Penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk dapat merubah dirinya ketika mereka berada di lingkungan keluarga, sekolah, dan dimasyarakat yang dapat ditunjukkan melalui aktifitas-aktifitas seperti dapat menguasai lingkungan dimana individu berada, penuh percaya diri, bersedia menerima teman dalam kelompok, bersedia mengatasi masalah, dan bersedia merencanakan sesuatu dengan pikiran
1.      Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapainya hubungan yang harmonis anatara siapa dirinya dengan lingkungan kerjanya. Ia sadar sepenuhnya siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan diri pribadi dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa atau tak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa tidak puas, rasa cemas, rasa kurang, dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
2.     Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup dalam masyarakat, dimana terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dari proses tersebut timbul pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi demi mencapai penyesuaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.

Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan menurut Kretner dan Kinichi, yaitu :
a.      Pemenuhan Kebutuhan (need fulfillment). Pekerjaan memberikan kesempatan pada individu  untuk memenuhi kebutuhannya.
b.     Perbedaan (discrepancies). Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya.
c.      Pencapaian Nilai (volu attainment). Kepuasan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual.
d.     Keadilan (equity). Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil inidividu diperlakukan ditempat kerja.
e.     Komponen Genetik (genetic components). Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadai dan faktor genetik. Perbedaan sifat individu kerja disamping karakteristik lingkungan pekerjaan.
Faktor penentu kepuasan kerja :
a.      Gaji/upah. Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan.
b.     Kondisi kerja yang menunjang. Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan (uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
c.      Hubungan kerja, ada dua yaitu :
Hubungan dengan rekan kerja. Ada tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh masukan dari tenaga kerja lain. Keluarannya menjadi masukkan untuk tenaga kerja lainnya, misalnya pekerja konveksi. Hubungan antara pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang berbentuk fungsional.
Hubungan dengan atasan. Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggangrasa (consideration). Hubungan fungsional mencerminkan sejumlah atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungankeseluruhan didasarkan pada ketertarikkan antara pribadi yang mencerimnkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serup, misalnya keduanya mempunyai pandangan hidup yang sama.

B. WAKTU LUANG
Dalam bahasa inggris  waktu luang dikenal dengan sebutan “leisure” yang berasal dari bahasa latin yaitu “licere” artinya “diizinkan” (To be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free Time). Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul leisure and recreation management (Januarius Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisure antara lain:
a.      Waktu luang sebagai waktu (leisure as time). Waktu luang digambarkan sebagai wa ktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Maksudnya ada waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan yang bersifat positif.
b.     Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity). Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak The International Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa “waktu luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat.”
c.      Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif (leisure as an end in itself or a state of being) Pieper beranggapan bahwa “waktu luang harus dimengerti sebagai hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Hal ini juga bukan merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan panjang.
d.     Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas (leisure as an all embracing). Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, an kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan.
e.     Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure as a way of living). Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure : “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebar dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan.”

REFERENSI :
http://agungtriantoro.blogspot.co.id/2015/05/penyesuaian-diri-dalam-pekerjaan-dan_18.html
https://novelaayu.wordpress.com/2015/06/24/penyesuaian-diri-dalam-pekerjaan-dan-waktu-luang-self-directed-changes/




PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG

By : Unknown

A. MENGUBAH SIKAP TERHADAP PEKERJAAN
    Pekerjaan dinilai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar sehingga bisa dengan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu. Dan tujuan yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja menjadi “baik”,, baik disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi kebutuhan hidupnya an keluarganya, dan mereka menghindari aktifitas mereka yang menjadikan mereka “buruk”. Dan disini atasan pun berperan penting dalam mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai pekerjaan yang ia dapatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manajer dalam mengubah sikap karyawan juga harus memiliki kemampuan yang tepat, misalnya diberi bonus jika bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Diberikan reward dan punishment kepada karyawan tersebut, sehingga memunculkan sikap take and give.

NILAI PEKERJAAN
1.      Definisi
    Nilai pekerjaan adalah bahwa nilai dari apa yang kita kerjakan sebenarnya sangat bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.
2.     Apa yang dicari dalam pekerjaan
-   Mencari uang. Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk bekerja. Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
-   Mencari pengembangan yaitu tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana. Pekerjaan dengan jenjang karir bagus dimana berarti ada peluang pengembangan diri selalu menjadi incaran. Pertimbangan yang lain adalah korelasi pekerjaan dengan bidang keilmuan dan minat mereka. Keseusaian ini akan mempermudah dalam pekerjaannya, dan sebagai salah satu bentuk pengembangan diri mereka.
-    Mencari teman/sarana bersosialisasi. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi. Dalam hal ini faktor yang menjadi pertimbangan adalah lingkungan kerja dan juga rekan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan rekan kerja yang kooperatif menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih suatu perkerjaan.
-    Mencari kebanggaan/kehormatan diri. Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain. Pada beberapa orang, kehormatan diri juga bergantung dari jenis pekerjaan, tempat kerja dan nama perusahaan. Ada orang yang merasa lebih terhormat dengan bekerja sebagai pegawai kantoran. Dan ada juga orang yang bangga dengan bekerja di perusahaan top.
-   Sebagai sarana beribadah. Hal ini saya yakini ada dan dimiliki orang, walau mungkin jarang terpikirkan sebagai hal yang dicari dalam bekerja. Sebagai orang yang beriman memang seharusnya setiap tindakan kita di dunia harus dimaknai sebagai ibadah. Namun kesadaran yang berbeda-beda membuat pemaknaan yang berbeda bagi tiap orang orang.

3.     Fungsi psikologi dalam pekerjaan
    Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekeraan untuk hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri. Survei membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika mereka memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur hidupnya (Renwick&Lawler,1978). Kenyataanya adalah bekerja itu meenuhi kebutuhan psikologis dan social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang berharga ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas. Contohnya, seorang individu yang pekerjaanya terarah mungkin meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau konstruksi. Bahkan orang yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy yang di habiskan oleh pekerjaan mereka. Kemampuan karena kebutuhan akan penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972).

B. PROSES DALAM MEMILIH PEKERJAAN
    Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap oleh Donald Super, yaitu :
1. Cristalization. Individu berusaha mencari berbagai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan nonformal untuk persiapan masa depan hidupnya.
2. Spesification. Individu akan meneruskan pendidikannya pada jenjang khusus yang sesuai dengan minat-bakatnya. Masa spesifikasi ini lebih mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus pada taraf professional atau keahlian.
3. Implementation. Individu mulai menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian atau profesi nya. Misalnya setelah ia lulus dalam pendidikan psikologi nya ia berprofesi sebagai seorang psikolog.
4. Stabilization. Individu menekuni bidang profesinya sampai benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai prestasi puncak. Taraf ini ditandai dengan prestasi individu menduduki posisi penting, misalnya direktur perusahaan,dsb.
5. Consolidation. Setelah mencapai puncak karier, individu mulai memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini baik yang berhasil maupun yang gagal.

C. MEMILIH PEKERJAAN YANG COCOK
    Dalam memilih pekerjaan yang cocok dibutuhkan tes psikotes agar calon pekerja tidak salah dalam mengambil pekerjaan. Tes psikotes disini juga akan menguntungkan kedua belah pihak, seleksi yang kurang tepat akan menyebabkan kerugian besar baik karyawan maupun perusahaan yang bersangkutan. Dari sisi pegawai, jika kita terseleksi dalam pekerjaan yang kurang cocok dengan potensi psikologis yang kita miliki, akan timbul ketidaknyamanan dalam bekerja, kurang termotivasi, bahkan dapat enimbulkan stress kerja, yang pada akhirnya membuat kita keluar dari pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu kita membutuhkan psikotes untuk melihat sejauh mana potensi psikologis kita agar tidak salah memilih pekerjaan.
   Sedangkan dari sisi perusahaan, menemukan orang yang tepat merupakan upaya yang sangat sulit yang selalu dihadapi. Dari sisi perusahaan, biaya seleksi dan pelatihan yang dibutuhkan akan sangat mahal, tidak efisien, menurunkan motivasi, serta masih ditambah biaya untuk seleksi dan pelatihan orang yang akan menggantikan karyawan tersebut. Oleh sebab itu dari proses seleksi perusahaan mengadakan tes psikotes untuk melihat potensi psikologis dan kepribadian sang calon karyawan tersebut.

4. Waktu Luang
    Waktu adalah satu-satunya modal yang dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A. Edison. Meluangkan waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby, atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar. Dan bagaimana kita bisa punya waktu luang di sela-sela kesibukan dengan mengaturnya sebaik mungkin? Berikut ini tips dan triknya. 
-   Jangan pernah terjebak dgn waktu. Bukan waktu yg mengatur kita, tapi kitalah yang mengatur waktu.
-   Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis di smartphone yang kita miliki.
-   Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
-   Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
-    Pastikan dalam agenda, 50 persen waktu yang dilakukan adalah untuk kegiatan positif atau produktif.
-   Jangan melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu dilakukan.
-   Jika tidak berhubungan dgn pekerjaan, jauhkan diri dari sosial media, hingga pekerjaan tuntas diselesaikan.
    Menggunakan waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada waktu yang terbuang percuma. Kuncinya terletak bukan pada bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey. Jika merasa jenuh dengan waktu yang telah dihabiskan, ubah kebiasaan itu. Manfaatkanlah waktu luang.

REFERENSI

CINTA DAN PERKAWINAN

By : Unknown


DEFINISI CINTA
Cinta atau kasih merupakan bahasa yang paling penting dalam bahasa Inggris maupun dalam banyak bahasa lain dan merupakan kata yang paling membingungkan. Para pemikir religius maupun sekuler setuju bahwa cinta adalah sesuatu yang megah dan menyemarakkan kehidupan  ini dan bahwa cinta membuat dunia ini berputar. Para psikolog telah menyimpulkan bahwa kebutuhan untuk merasa dicintai merupakan kebutuhan emosional primer.
Cinta menurut teori segitiga Sternberg, terdiri dari tiga aspek yaitu keintiman, gairah, dan komitmen. Cinta akan dikatakan cinta yang sempurna ketika seseorang memiliki tiga aspek tersebut. 
Keintiman (Intimacy). Relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan adalah faktor yang dapat merubah intimacy menjadi menurun atau semakin naik. 
Gairah (passion). Aspek ini cenderung terjadi pada  awal hubungan, relatif cepat dan kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan. 
Komitmen (commitment). Meningkat relatif lambat pada awalnya, kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.

Di dalam inti eksistensi manusia terdapat hasrat untuk bergaul intim dan dicintai oleh orang lain. Perkawinan dirancang untuk memenuhi kebutuhan untuk keintiman dan cinta.

DEFINISI PERKAWINAN
Secara hukum dinyatakan dalam UUD Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

A.  MEMILIH PASANGAN HIDUP
    Memilih pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri. Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.

    Banyak orang yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat dari segi kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan, maka cinta tersebut akan sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada seseorang maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas dan kitalah yang lebih pantas.

     Inilah yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki aura positif daripada negatif.
Lalu, mengingat pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa depan dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada kita hanya melihat kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa jadi ketampanan/kecantikan tersebut sudah pudar.

    Adapun bila kita dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan memilih yang terbaik baginya, meskipun pilihan terbaik baginya tidak selalu identik dengan pilihan yang terbaik bagi umum, karena seseorang tentu memiliki pertimbangan yang sangat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Maka, ketika sedang memilih calon pasangan bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara utuh. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama kekurangannya. Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah kita terima tetapi kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum akad nikah, apakah siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut? Terakhir, lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan. Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.

B.  HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
    Ketika pasangan memasuki kehidupan perkawinan, tidak berarti proses mengenal dan memahami berhenti. Kadang, masa awal perkawinan merupakan masa penyesuaian diri yang menyulitkan bagi pasangan suami-istri baru karena seringkali banyak terjadi hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ketika pacaran dulu, mungkin calon istri tidak mengetahui bahwa calon suaminya tidak suka tidur dengan lampu menyala, padahal si calon istri terbiasa tidur dengan lampu yang terang karena si istri agak penakut. Hal ini bukan tidak mungkin akan sedikit memancing keributan di awal tidur bersama. 

    Seringkali, ketika hubungan perkenalan berlanjut menjadi hubungan romantis, pasangan mulai berpikir apakah betul mereka saling mencintai atau hanya karena tertarik secara fisik, atau karena ‘nyambung’ ketika diajak ngobrol, atau karena merasa menemukan kakak atau adik. Banyak pasangan yang kemudian menyadari bahwa pasangannya adalah pasangan yang tepat untuk menjadi teman bicara, tetapi bukan ‘teman hidup’-nya. 

    Ketika menjalin hubungan suami istri, pasangan suami istri harus belajar mengasihi pasangannya secara unconditionaly. Bukan hanya mengasihi sikap-sikap yg baik, namun mengasihi setiap kekurangan pasangan itulah yang namanya Unconditionaly Love (cinta tanpa syarat). Pasangan suami istri pun harus belajar mengenal bahasa kasih/cinta yang dimilikinya dan bahasa kasih/cinta yang dimiliki pasangannya. Bahasa Kasih/Cinta adalah cara kita menunjukkan perasaan sayang kita dan apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita yang membuat kita merasa bahwa orang tersebut mencintai atau mengasihi kita.  Ada berbagai macam bahasa cinta yang dikemukakan oleh Gary Chapman, yaitu :
-          Kata-kata pendukung
-          Saat-saat mengesankan
-          Hadiah
-          Pelayanan
-          Sentuhan fisik

    Keterbukaan pun harus dilakukan oleh pasangan suami istri agar memperoleh komunikasi yang berkualitas dan meminimalisir hal-hal yang mungkin berpotensi menjadi masalah. Seringnya terjadi perceraian hanya karena missed komunikasi atau masalah komunikasi yang belum saling terbuka. Pada masa berpacaran, biasanya pasangan memiliki khusus khusus untuk selalu berduaan, saling berbagi cerita gembira maupun sedih, serta saling memperbaiki kesalahan. Namun hal yang sama seringkali tidak terjadi ketika pasangan sudah menikah dan memiliki anak. 

Menurut pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW seorang ahli psikoterapis dalam Perkawinan dan Keluarga (18-19: 2010) mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam perkawinan.

1)     Tahap pertama “Romantic”
Pada tahapan ini biasanya dirasakan oleh pasangan yang baru saja menikah, setiap saatnya penuh dengan rasa cinta, kasih sayang dan saling mengisi. Hampir setiap harinya dalam tahap ini tidak ada perselisihan yang terjadi. Biasanya mereka juga melakukan kegiatan secara bersama-sama.
2)     Tahap kedua “Dissapointment or distress”
Pada tahap kedua ini sudah mulai terjadi perselisihan karena salah satu diantara mereka ada yang merasa paling benar yang pada ahirnya saling menyalahkan, marah, kecewa dan lain sebagainya. Posisi seperti ini sangat rawan karena pasangan akan mengalihkan perhatiannya pada hal lain seperti menjalin hubungan dengan orang lain yang dirasa nyaman, mengalihkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, anak dan hal-hal lain sehingga tidak ada waktu untuk bersama lagi. Bila keadaan ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka akan berakibat pada perceraian.
3)     Tahap ketiga: Knowledge and Awareness
Setelah bisa bertahan pada tahap kedua maka akan masuk pada tahap ketiga, pada tahap ini pasangan akan berusaha untuk saling mengerti dan menghindari terjadinya konflik.
Biasanya kalau pasangan sudah sampai pada tahap ketiga maka mereka akan sering mencari informasi atau cara untuk kebahagiaan rumah tangga kepada siapa saja, bisa tetangga, mengikuti seminar, membaca buku atau mungkin ke psikiater.
4)     Tahap keempat "Transformation”
Tahap berikutnya akan mengalami perubahan dikarenakan sudah mendapatkan cara atau kiat-kiat dari pihak lain tentang kebahagiaan rumah tangga.
Sehingga pasangan akan membuktikan bahwa dia adalah pasangan yang terbaik dan tidak salah memilihnya. Pada tahap ini juga sudah terjadi perkembangan pemahaman secara menyeluruh tentang perkawinan.
5)     Tahap kelima “Real Love”
Tahap kelima ini hampir seperti pada tahap pertama karena sudah mengerti tentang pemahaman perkawinan secara menyeluruh maka mereka akan saling memberi dan menerima keadaan pasangannya.



C. PENYESUAIAN DAN PERTUMBUHAN DALAM PERKAWINAN
    Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.

    Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

D. PERCERAIAN dan PERNIKAHAN KEMBALI
     Pernikahan bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa memintapemerintah untuk dipisahkan.
Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
·           Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.
·           Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
·           Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.
·           Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
·           Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
    Menikah kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Lalu hal apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.

E. ALTERNATIF SELAIN PERNIKAHAN
·      Segi Positif: Lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Contohnya pada umat Nasrani, menjadi Pastor atau Suster, dalam agama Budha menjadi seorang Biksu.
·       Segi Negatif: Kumpul Kebo (Tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan daN melakukan hubungan layaknya suami istri).

REFERENSI
Chapman Gary. 1997. Lima Bahasa Kasih. Professional Books: Jakarta.

- Copyright © TIPS DAN TRIK - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -